Mengendalikan Amarah Untuk Meraih Surga
Article

Mengendalikan Amarah Untuk Meraih Surga

  • 18 May 2022
  • Zahra Nur Azizah

Sebagai manusia, tentunya kita tidak luput dari salah dan dosa. Bagaimana cara kita menghindar dan mengelakkan diri dari perbuatan yang cela, adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan.

Sebagai contoh adalah amarah. Amarah adalah salah satu bentuk emosi manusia  yang sepenuhnya bersifat normal, wajar dan sehat. Namun, meski merupakan suatu hal yang wajar dan sehat, jika tidak dikendalikan dengan tepat dan bersifat destructive, maka amarah akan berpotensi besar untuk menimbulkan masalah baru. Ketidakmampuan kita dalam mengendalikan emosi (amarah), banyak berbuah pada tindakan tercela, yang ujungnya seringkali kita sesali. 

Pengendalian diri dari amarah adalah salah satu wasiat Rasulullah  kepada umatnya. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits berikut,  dari Abu Hurairah Radhiyallahu`anhu, bahwa ada seorang laki–laki berkata kepada Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam:“Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!”(HR. Bukhari).

Rasulullah SAW memberikan perhatian besar terhadap perkara marah ini, hingga Rasul bersabda:
     لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani)
(Hadits Shahih, Riwayat Ibnu Abid Dunya, Lihat Shahiihul jaami’ No. 7374).

Lalu bagimana cara untuk menahan atau menghindari marah? Berikut kami akan memberikan cara–cara yang diajarkan Rosulullah SAW untuk mengendalikan amarah, antara lain:

1. Membaca kalimat ta’awudz
Suatu ketika ada sahabat Nabi yang bernama Sulaiman bin Surd iya bercerita kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ketika ia sedang duduk, ada dua orang yang sedang saling memaki. Salah satu dari mereka bahkan sampai merah wajahnya dan terlihat urat–urat di lehernya.

Kemudian Rosulullah SAW bersabda : “Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A-‘uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Kalimat ta’awudz bisa meredakan bahkan menghilangkan rasa marah yang dirasakan oleh seseorang. Karena kalimat ta’awudz memiliki arti “Aku berlindung kepada Allah Swt dari godaan syaiton yang terkutuk”.

2. Berusaha diam dan menjaga lisan
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad). Rasulullah juga menasihati, “Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Diam dan menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata sangat ampuh untuk dilakukan sebagai bentuk pencegahan diri mengatakan hal-hal yang akan menyakiti seseorang seperti, sumpah serapah, caci maki, menghina, dan merendahkan.

3. Mengambil posisi lebih rendah
Rasulullah bersabda, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad). Seseorang yang sedang marah atau emosi cenderung selalu berada pada posisi yang lebih tinggi.

Jika kita menuruti hal tersebut maka amarah yang akan dilampiaskan pun menjadi semakin lebih lagi. Dengan memposisikan tubuh semakin merendah dapat menurunkan ego dalam diri dan meredam gejolak amarah yang membuncah.

4. Mengambil wudhu atau mandi

Dari Urwah As-Sa’di, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Kita dianjurkan untuk mengambil wudhu atau mandi untuk memadamkan api amarah yang telah dilempar syaiton ke dalam hati kita, kemudian mencoba mengendalikan emosi yang sedang bergejolak di dalam diri kita sendiri dengan melihat semua permasalahan yang muncul dan memicu kemarahan tersebut secara obyektif dan seimbang. Dengan demikian, diharapkan agar amarah yang ada dalam diri kita bisa berangsur-angsur mereda.

Orang yang tidak bisa menahan amarahnya termasuk orang yang rugi. Begitupun sebaliknya, orang yang menahan amarahnya akan mendapat banyak keutamaan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bisa menahan amarah dan terhindar dari kejelekan amarah yang selalu dituruti.