Surah Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) adalah salah satu surah yang paling unik dan memukau dalam Al-Qur’an. Surah ini secara ritmis mengulang satu ayat kunci sebanyak 31 kali: “Fabbiayyi ālā’i rabbikumā tukadzdzibān”.
Ayat ini bukan sekadar pengulangan retoris, melainkan sebuah seruan tanya-jawab yang mendalam dan tajam, menjadi inti dari seluruh pesan Surah Ar-Rahman.
Terjemahan dan Makna Harfiah
Ayat “Fabbiayyi ālā’i rabbikumā tukadzdzibān” memiliki terjemahan harfiah sebagai berikut:
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Kata kuncinya adalah:
- Fabiayyi: Maka dengan yang manakah/yang mana?
- Ālā’i: Nikmat-nikmat, karunia-karunia, atau kekuatan-kekuatan.
- Rabbikumā: Tuhan kamu berdua (merujuk kepada jin dan manusia).
- Tukadzdzibān: Kamu dustakan/kamu ingkari.
Seruan kepada Dua Golongan: Jin dan Manusia
Keunikan lain dari ayat ini adalah penggunaan kata ganti orang kedua ganda, “rabbikumā” (Tuhan kamu berdua). Hal ini menunjukkan bahwa Surah Ar-Rahman adalah satu-satunya surah yang secara eksplisit ditujukan kepada dua makhluk berakal utama, yaitu Jin dan Manusia.
Pesan ini menekankan bahwa semua nikmat dan karunia yang dijelaskan dalam surah—mulai dari penciptaan alam, keseimbangan bumi, hingga buah-buahan surga—adalah anugerah bagi kedua golongan tersebut.
Tiga Makna Utama di Balik Pengulangan 31 Kali
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa pengulangan ayat ini sebanyak 31 kali memiliki tiga makna utama yang saling terkait, sesuai dengan struktur Surah Ar-Rahman:
1. Pengakuan atas Nikmat dan Keberadaan Ilahi
Ayat ini adalah pertanyaan retoris yang membutuhkan pengakuan, bukan jawaban. Ketika Allah menceritakan sederet nikmat (seperti penciptaan, pengajaran Al-Qur’an, lautan, pohon kurma, dan sebagainya), seruan Fabiayyi ālā’i… hadir sebagai penegasan:
Semua ini adalah nikmat-Ku. Apakah kamu berani mendustakannya, padahal kamu merasakannya, menyaksikannya, dan tidak mampu menciptakannya sendiri?
2. Peringatan tentang Hukum dan Pembalasan
Ayat ini juga muncul setelah Allah menjelaskan tentang hukum dan pembalasan (seperti pada saat kiamat, perhitungan amal, dan neraka Jahannam). Dalam konteks ini, maknanya bergeser menjadi peringatan:
Apakah kamu mendustakan karunia-Ku yang memberikanmu kesempatan bertaubat, sehingga kamu memilih jalan keburukan? Apakah kamu berani mendustakan kekuatan-Ku yang akan membalas semua perbuatanmu?
3. Penekanan pada Transisi Keadaan (Dunia dan Akhirat)
Pengulangan ini berfungsi sebagai pembatas antara kategori-kategori nikmat yang berbeda. Ayat ini berulang sekitar:
- 8 kali saat menjelaskan penciptaan dan nikmat di dunia.
- 7 kali saat menjelaskan tentang akhirat dan kengeriannya.
- 15 kali saat menjelaskan deskripsi tentang surga dan balasan bagi orang beriman.
Setiap pengulangan menandai transisi dari satu kelompok nikmat ke kelompok nikmat berikutnya, mengikat seluruh isi surah ke dalam satu tema sentral: Kasih Sayang Allah (Ar-Rahman) yang termanifestasi dalam setiap karunia dan ketentuan-Nya.
Inti dari Surah Ar-Rahman
Ayat “Fabbiayyi ālā’i rabbikumā tukadzdzibān” adalah pengajaran bahwa manusia dan jin diciptakan dalam lautan nikmat Allah yang tak terhitung. Mengingkari atau mendustakan nikmat tersebut—baik nikmat fisik, spiritual, maupun nikmat kesempatan bertaubat—adalah bentuk keangkuhan tertinggi. Surah Ar-Rahman mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan mengakui keesaan dan kemurahan Tuhan.
