Day: October 28, 2025

  • Tiga Golongan yang Tidak Akan Dipandang Allah di Hari Kiamat

    Tiga Golongan yang Tidak Akan Dipandang Allah di Hari Kiamat

    Pada Hari Kiamat, hari perhitungan yang dahsyat, seluruh umat manusia akan dikumpulkan. Pada hari itu, setiap hamba sangat mendambakan pandangan, rahmat, dan pembelaan dari Allah SWT. Namun, Rasulullah SAW telah memperingatkan tentang tiga golongan manusia yang sanksinya sangat berat: mereka tidak akan diajak bicara, tidak akan dipandang, tidak akan disucikan (dibersihkan dari dosa), dan bagi mereka siksa yang pedih.

    Hadis sahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Dzar RA menyebutkan:

    “Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan dilihat (dipandang), dan tidak akan disucikan bagi mereka siksa yang pedih.” (HR. Muslim)

    Siapakah tiga golongan tersebut? Pelajaran berharga apa yang bisa kita ambil dari peringatan ini?


    1. Orang Tua Pezina (Syekh yang Berzina)

    Ini adalah golongan pertama yang menerima ancaman sanksi berat tersebut.

    Poin Kunci

    Yang dimaksud: Laki-laki atau perempuan yang sudah tua (beruban atau renta) dan tetap melakukan perbuatan zina.

    Mengapa Sanksinya Berat?

    Dalam Islam, perbuatan zina adalah dosa besar. Namun, perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah tua memiliki tingkat dosa yang lebih berat karena beberapa alasan:

    • Penyimpangan Fitrah: Pada usia tua, biasanya gejolak hawa nafsu sudah mereda. Ketika seseorang yang sudah tua masih melakukan zina, hal itu menunjukkan bahwa perbuatan maksiat tersebut telah menjadi pilihan sadar dan kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging, bukan lagi sekadar dorongan hawa nafsu sesaat.
    • Melalaikan Kematian: Usia tua seharusnya menjadi momentum untuk taubat nasuha, fokus mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan memperbanyak ibadah. Zina yang dilakukan pada usia ini menunjukkan kelalaian total terhadap akhirat.

    Pelajaran: Jangan pernah menunda taubat. Semakin tua usia, seharusnya semakin murni ibadah dan semakin kuat kita menjaga diri dari maksiat.


    2. Pemimpin (Raja/Penguasa) yang Pendusta

    Golongan kedua yang dicela keras adalah mereka yang memiliki kekuasaan namun mengkhianati amanah dengan kebohongan.

    Poin Kunci

    Yang dimaksud: Setiap pemimpin—mulai dari kepala negara, bupati, hingga ketua organisasi—yang menggunakan kekuasaannya untuk berbohong kepada rakyat atau bawahannya.

    Mengapa Sanksinya Berat?

    Pemimpin adalah pemegang amanah yang menentukan nasib banyak orang. Dusta yang dilakukan oleh pemimpin memiliki dampak domino yang sangat merusak:

    • Merusak Kepercayaan: Kebohongan pemimpin menghancurkan kepercayaan rakyat, yang merupakan pilar utama dalam membangun keadilan dan ketertiban sosial.
    • Kezaliman Massal: Kebohongan sering kali digunakan untuk menutupi kezaliman, penyalahgunaan wewenang, atau pengambilan hak orang lain. Dusta pemimpin adalah akar dari kerusakan yang meluas.

    Pelajaran: Amanah kekuasaan adalah ujian terberat. Seorang pemimpin yang jujur kepada Allah dan rakyatnya akan mulia, namun pemimpin pendusta akan mendapatkan kehinaan abadi.


    3. Orang Miskin yang Sombong (Takabur)

    Kontras dengan dua golongan sebelumnya, ancaman ini ditujukan kepada orang yang secara materi kekurangan, namun memiliki penyakit hati yang mematikan.

    Poin Kunci

    Yang dimaksud: Seseorang yang hidup dalam kekurangan harta, namun ia memiliki sifat takabur (sombong), angkuh, meremehkan orang lain, atau menolak kebenaran.

    Mengapa Sanksinya Berat?

    Sombong adalah sifat yang hanya pantas dimiliki oleh Allah SWT. Sifat takabur dalam diri orang miskin dianggap lebih buruk karena:

    • Sombong Tanpa Dasar: Orang miskin secara duniawi tidak memiliki kekayaan, jabatan, atau kekuatan yang biasa menjadi sumber kesombongan. Kesombongan yang muncul dari orang miskin menunjukkan penyakit hati yang murni, dimana ia sombong kepada Tuhannya dan hamba-Nya tanpa modal apapun di dunia.
    • Menolak Qada dan Qadar: Kesombongan sering kali membuat seseorang tidak menerima takdir Allah, tidak bersyukur, dan tidak merasa butuh pertolongan Allah, padahal keadaannya menunjukkan sebaliknya.

    Pelajaran: Kesombongan, sekecil apa pun, adalah dosa besar. Harta, jabatan, atau bahkan kekurangan harta, tidak seharusnya membuat kita merasa lebih tinggi dari orang lain. Sifat mulia adalah tawadhu’ (rendah hati).


    Refleksi Diri

    Ancaman “tidak diajak bicara, tidak dipandang, dan tidak disucikan” oleh Allah SWT pada hari Kiamat adalah hukuman yang jauh lebih berat daripada siksa fisik semata. Itu adalah pertanda kemurkaan dan pengabaian total dari Sang Pencipta.

    Semoga kita semua senantiasa dijauhkan dari tiga sifat tercela di atas dan selalu berusaha memperbaiki diri dengan memprioritaskan ketaatan dan kerendahan hati dalam kondisi apa pun.