Di tengah derasnya arus godaan duniawi (fitnah ad-Dunya) dan perubahan yang begitu cepat, keteguhan hati atau Istiqamah menjadi harta yang paling berharga bagi seorang Muslim. Istiqamah bukan hanya berarti konsisten dalam beribadah, tetapi juga teguh dalam memegang prinsip kebenaran di segala situasi, bahkan saat godaan datang bertubi-tubi.
Lalu, apa rahasia para ulama dan salafus saleh dalam mempertahankan keteguhan hati ini? Setidaknya ada tiga pilar utama yang menjadi fondasi istiqamah seorang hamba.
1. Memahami Hakikat Hidup dan Kematian (Mengingat Akhirat)
Pilar pertama istiqamah adalah menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Ketidakteguhan hati seringkali muncul karena kita terlalu mencintai dunia dan takut kehilangan kenikmatannya.
- Pentingnya Dzikrul Maut (Mengingat Kematian): Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian).” (HR. Tirmidzi). Mengingat kematian berfungsi sebagai filter utama yang akan menghilangkan keraguan kita dalam berbuat baik. Ketika seseorang menyadari bahwa ia akan segera menghadap Allah dan dimintai pertanggungjawaban, ia akan otomatis teguh dalam kebenaran.
- Referensi Al-Qur’an:“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64). Pemahaman ini membantu kita memprioritaskan yang abadi (akhirat) di atas yang sementara (dunia).
2. Menjaga Lingkaran Amal Kebaikan Rahasia (Sirr Actions)
Keteguhan hati sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan rahasia kita dengan Allah SWT. Amalan-amalan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain memiliki dampak besar pada kekuatan spiritual dan ketulusan niat (ikhlas).
- Amalan Rahasia sebagai ‘Pengisi Baterai’: Amal kebaikan yang tersembunyi seperti shalat malam (Qiyamul Lail), sedekah sunnah yang disembunyikan, atau tangisan taubat di kesunyian, berfungsi sebagai ‘pengisi baterai’ spiritual. Ini melatih hati untuk hanya mengharap ridha Allah, bukan pujian manusia.
- Kata Ulama: Para ulama salaf sering berkata, “Barangsiapa memperbaiki yang tersembunyi (amal rahasianya), niscaya Allah akan memperbaiki yang nampak darinya (amal lahiriahnya).” Amal yang ikhlas inilah yang menjadi jangkar utama istiqamah.
3. Mencari Lingkungan dan Sahabat Saleh (Shuhbah Shalihah)
Manusia adalah makhluk sosial yang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya. Istiqamah tidak bisa dipertahankan sendirian. Sahabat dan lingkungan yang baik berfungsi sebagai benteng dari godaan dan pengingat saat kita mulai lengah.
- Fungsi Sahabat Saleh: Sahabat yang saleh adalah mereka yang mengingatkan kita pada Allah saat kita lupa dan menolong kita saat kita terjerumus. Mereka adalah cerminan kebaikan yang membuat kita malu untuk berbuat maksiat.
- Referensi Hadis: Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu tergantung pada agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Memilih teman yang konsisten di jalan kebaikan adalah investasi terbesar bagi keteguhan hati kita.
Penutup:
Istiqamah adalah hasil dari kesadaran mendalam akan tujuan hidup, hubungan rahasia yang tulus dengan Sang Pencipta, dan lingkungan yang mendukung. Dengan memperkuat tiga pilar ini, insya Allah, hati kita akan diberikan keteguhan layaknya batu karang yang tidak tergeser oleh gelombang fitnah dunia.