Dalam era banjir informasi seperti sekarang, kita sering tergoda untuk menjadi ‘self-proclaimed expert’. Hanya dengan modal keyword di search engine, kita merasa sudah menguasai segala ilmu, termasuk ilmu agama. Padahal, jauh sebelum era internet, Al-Qur’an sudah memberikan warning keras tentang bahaya self-diagnosis spiritual.
Peringatan itu tertuang dalam Surah An-Nahl ayat 43, yang mengandung perintah fundamental dalam mencari ilmu:
$$فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ$$
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (Ahludz-Dzikr) jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Ayat ini bukan sekadar saran, tapi perintah wajib yang memiliki implikasi besar dalam hidup seorang Muslim.
1. Warning Ilahi: Jangan Ambil Ilmu dari Random Source
Ayat ini menampar anggapan bahwa kita bisa mendapatkan semua jawaban agama secara instan tanpa bimbingan. Allah SWT memerintahkan kita untuk merujuk kepada “Ahludz-Dzikr” (Ahli Ilmu atau Orang yang Mempunyai Pengetahuan).
Dalam konteks syariat, Ahludz-Dzikr merujuk pada para ulama, ustadz, guru, atau siapapun yang memiliki kompetensi, kredibilitas, dan sanad ilmu yang jelas dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah.
Intinya: Mencari ilmu tidak boleh asal scroll atau copy-paste. Anda harus memastikan sumbernya valid.
2. Kenapa Self-Diagnosis Spiritual Itu Berbahaya?
Ketika seseorang mencoba menafsirkan ayat Al-Qur’an atau hadis tanpa bekal ilmu dasar (seperti tafsir, hadis, ushul fiqh, dan bahasa Arab), hasilnya fatal:
- Penyimpangan Makna: Ayat yang lurus bisa ditafsirkan bengkok sesuai hawa nafsu atau pemahaman yang dangkal.
- Kecenderungan Ghuluw (Ekstrem): Tanpa bimbingan guru, seseorang bisa terjebak pada sikap ekstrem (terlalu keras atau terlalu longgar) dalam beragama.
- Merusak Akidah: Menciptakan kebingungan yang dapat merusak akidah diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Oleh karena itu, perintah Fas’alū Ahladz-Dzikr adalah mekanisme pertahanan diri dari kesesatan.
3. Solusi Gen Z: Mencari Mentor, Bukan Hanya Konten
Ayat An-Nahl 43 mengajarkan bahwa dalam Islam, ilmu itu didapatkan melalui transmisi, bukan hanya informasi.
- Pilih Mentor, Bukan Influencer: Cari guru yang memiliki sanad ilmu jelas (Ahludz-Dzikr), yang bisa membimbing Anda dari nol hingga memahami kompleksitas hukum.
- Jadikan Guru Filter Utama: Gunakan ilmu yang Anda dapat dari internet dan media sosial sebagai bahan bacaan, namun biarkan guru atau ulama Anda menjadi filter dan penjelas utama.
- Bertanya Itu Kewajiban: Jangan takut dicap bodoh. Justru, menunjukkan ketidaktahuan dan bertanya adalah perintah Al-Qur’an dan tanda seorang penuntut ilmu sejati.
Surah An-Nahl ayat 43 adalah guideline abadi bagi setiap Muslim. Di tengah riuh rendahnya informasi digital, ingatlah: Jalan menuju kebenaran itu terjal dan membutuhkan pemandu. Jangan pernah malu bertanya, karena bertanya kepada Ahludz-Dzikr adalah salah satu ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT.